Saya mewakili teman-teman kelas 12 mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kepala sekolah dan dewan guru yang mengajar dan mendidik kami selama 3 tahun ini. Bagi kami waktu 3 tahun ini merupakan sebuah kisah perjalanan yang panjang namun kesannya singkat. Terbesit dibenak kami tatkala kami harus mengikuti KBM secara daring karena Pandemi Covid-19. Betapa mudah dibayangkan dan susahnya dijalankan proses KBM dari rumah, langkau, hutan, di pinggir-pinggir jalan, jembatan, di atas pohon bahkan mendaki gunung untuk mengejar singnal dan bisa akses pembelajaran daring. Covid-19 waktu itu sungguh menyita banyak hal baik pikiran, emosi, energi dan lain sebagainya. Betapa menyedihkan tat kala MPLS dilaksanakan secara daring. Kesan dan cinta akan kemistri dengan SMA Karya Budi sebagai “rumah baru” belum sungguh terjalin begitu erat. Kami mengenal lingkungan SMA Karya Budi, Bapak Ibu guru dari sepotong gambar lepas dan layar. Sungguh betapa berat melalui hari hari itu. Pertanyaan yang kemudian muncul ialah, apakah bapak ibu guru mengenal kami dengan baik? apakah mereka mengenal kemampuan kami, baik kompetensi akademik maupun non-akademik? atau sebaliknya, apakah kami mampu mengenal Karya Budi dengan baik? Apakah ada relasi yang terbangun antara kami dengan Bapak/ibu guru? Sungguh sebuah pergulatan yang panjang. Euforia tentang kegiatan ekstrakurikuler yang keren, menarik di SMA Karya Budi pupus. Kami mengalami Karya Budi melalui layar. Kelas X kami lalui dengan alur yang demikian. Puji Tuhan, memasuki masa kelas XI, kami diijinkan mengukti KBM di sekolah. Hal unik pun masih saja terjadi. Ketatnya prokes Covid-19 mengharuskan sekolah untuk menerpkan KBM tatap muka yang di bagi per sesi. Itulah awal kami merasakan duduk di bangku SMA sampai Pandemi Covid-19 berlalu dan sampai hari ini. Sekelumit cerita di atas bukan sebuah cerita yang lepas dari SMA Karya Budi sebagai sebuah lembaga pendidikan. Kami meyakini, hari ini kami bisa diutus dan tetap sekolah karena kerja keras, dedikasi, pengorbanan dan karya pelayanan yang tanpa pamrih dari Bapak ibu guru yang hadir di sini. Sebagaian dari kami mungkin sudah memutuskan untuk berhenti sekolah karena susahnya akses dan kurangnya mendapatkan perhatian dari guru guru selama masa KBM daring. Namun itu tidak terjadi dengan Karya Budi. Kami ingat kebiasaan Bapak Ibu guru yang “ngejung”- ke kos /rumah siswa/i. Pengalaman ini kelak kami ingat terus dalam perjalanan kami. Kami yakin, bapak ibu guru sangat mencintai kami. itulah teladan yang baik bagi kami. Itulah pengabdian yang luar biasa untuk kami. Dan kami bahagia mengenyam pendidikan di SMA Karya Budi. Apa lagi kami mengambil bagian dalam setiap agenda dan kegiatan sekolah baik koor, kunjungan roahni, kunjungan budaya, promosi, pameran, olahraga dan lain sebagainya. Kami menyadari satu pesan penting yaitu kelas sesungguhnya bagi Karya Budi ialah ruang kehidupan, ruang di mana kami tinggal, hidup dan belajar. Kelas tidak semata-mata di sekolah tetapi terjadi di mana saja. Kelas sebagai sebuah proses terjadi di Gereja, kegiatan Olahraga, kegiatan rohani, kerja bakti dan projec-projec lainnya yang berbasis ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Akhirnya di kelas XII ini tatkala Kary Budi menyediakan ruang khusus untuk refleksi akhir tahun, yang dikemas dalam ret-ret kami menyadari bahwa kami dididik menjadi siswa-siswi yang berprestasi, berkarakter, disiplin, bertangung jawab, tekun, ulet dan beriman serta menjadi pribadi yang berkualitas dan berkarakter. Karya Budi bukan hanya sekedar rumah singgah, melainkan sebuah keluarga yang saling mendukung dan menguatkan satu sama lain, sebuah tempat di mana kami bebas mengekspresikan diri, menggali potensi, dan mengembangkan bakat yang kami miliki sehingga kami dapat meraih prestasi di berbagai bidang, memperoleh ilmu dan wawasan yang dapat kami terapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta sebagai bekal untuk kami dalam meraih cita-cita. Untuk adik-adik kelas, tetap semangat, disiplin, dan bertanggung jawab, serta tetap menjaga nama baik SMA Karya Budi. Rajinlah belajar dan jangan pernah takut mencoba karena untuk meraih hal yang ingin kita capai, termasuk prestasi atau impian kita, kita harus kerja keras dan usaha yang sungguh-sungguhdengan selalu berdoa. Terima kasih kepada Ibu Dra. Lamberta Baysing dan Ibu Lucia Lince atas cinta dan pelayanannya untuk kami. Terima kasih kepada Bruder Ferdi, MTB (Kepala SMA Karya Budi) dan Bapak Ibu guru yang tercinta atas motifasi, inspirasi yang terus menerus dialirkan kepada kami. Semangat selalu dalam mengajar dan membimbing para siswa-siswi. Teruslah berbagi pengalaman hidup sebagai motivasi dan ilmu kepada para siswa/i. Akhir kata kami kelas 12 angkatan 39 menyampaikan permohonan maaf atas segala tutur kata dan perilaku yang mungkin kurang berkenan di hati bapak ibu guru dan teman-teman sekalian. Kami mengucapkan terima kasih atas kebersamaan dan pengalaman berharga yang kami dapatkan selama 3 tahun ini. Semoga Karya Budi semakin maju dan semakin jaya! C. Tita Edelweis
Saya mewakili teman-teman kelas 12 mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada kepala sekolah dan dewan guru yang mengajar dan mendidik kami selama 3 tahun ini. Bagi kami waktu 3 tahun ini merupakan sebuah kisah perjalanan yang panjang namun kesannya singkat. Terbesit dibenak kami tatkala kami harus mengikuti KBM secara daring karena Pandemi Covid-19. Betapa mudah dibayangkan dan susahnya dijalankan proses KBM dari rumah, langkau, hutan, di pinggir-pinggir jalan, jembatan, di atas pohon bahkan mendaki gunung untuk mengejar singnal dan bisa akses pembelajaran daring. Covid-19 waktu itu sungguh menyita banyak hal baik pikiran, emosi, energi dan lain sebagainya. Betapa menyedihkan tat kala MPLS dilaksanakan secara daring. Kesan dan cinta akan kemistri dengan SMA Karya Budi sebagai “rumah baru” belum sungguh terjalin begitu erat. Kami mengenal lingkungan SMA Karya Budi, Bapak Ibu guru dari sepotong gambar lepas dan layar. Sungguh betapa berat melalui hari hari itu. Pertanyaan yang kemudian muncul ialah, apakah bapak ibu guru mengenal kami dengan baik? apakah mereka mengenal kemampuan kami, baik kompetensi akademik maupun non-akademik? atau sebaliknya, apakah kami mampu mengenal Karya Budi dengan baik? Apakah ada relasi yang terbangun antara kami dengan Bapak/ibu guru? Sungguh sebuah pergulatan yang panjang. Euforia tentang kegiatan ekstrakurikuler yang keren, menarik di SMA Karya Budi pupus. Kami mengalami Karya Budi melalui layar. Kelas X kami lalui dengan alur yang demikian. Puji Tuhan, memasuki masa kelas XI, kami diijinkan mengukti KBM di sekolah. Hal unik pun masih saja terjadi. Ketatnya prokes Covid-19 mengharuskan sekolah untuk menerpkan KBM tatap muka yang di bagi per sesi. Itulah awal kami merasakan duduk di bangku SMA sampai Pandemi Covid-19 berlalu dan sampai hari ini. Sekelumit cerita di atas bukan sebuah cerita yang lepas dari SMA Karya Budi sebagai sebuah lembaga pendidikan. Kami meyakini, hari ini kami bisa diutus dan tetap sekolah karena kerja keras, dedikasi, pengorbanan dan karya pelayanan yang tanpa pamrih dari Bapak ibu guru yang hadir di sini. Sebagaian dari kami mungkin sudah memutuskan untuk berhenti sekolah karena susahnya akses dan kurangnya mendapatkan perhatian dari guru guru selama masa KBM daring. Namun itu tidak terjadi dengan Karya Budi. Kami ingat kebiasaan Bapak Ibu guru yang “ngejung”- ke kos /rumah siswa/i. Pengalaman ini kelak kami ingat terus dalam perjalanan kami. Kami yakin, bapak ibu guru sangat mencintai kami. itulah teladan yang baik bagi kami. Itulah pengabdian yang luar biasa untuk kami. Dan kami bahagia mengenyam pendidikan di SMA Karya Budi. Apa lagi kami mengambil bagian dalam setiap agenda dan kegiatan sekolah baik koor, kunjungan roahni, kunjungan budaya, promosi, pameran, olahraga dan lain sebagainya. Kami menyadari satu pesan penting yaitu kelas sesungguhnya bagi Karya Budi ialah ruang kehidupan, ruang di mana kami tinggal, hidup dan belajar. Kelas tidak semata-mata di sekolah tetapi terjadi di mana saja. Kelas sebagai sebuah proses terjadi di Gereja, kegiatan Olahraga, kegiatan rohani, kerja bakti dan projec-projec lainnya yang berbasis ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Akhirnya di kelas XII ini tatkala Kary Budi menyediakan ruang khusus untuk refleksi akhir tahun, yang dikemas dalam ret-ret kami menyadari bahwa kami dididik menjadi siswa-siswi yang berprestasi, berkarakter, disiplin, bertangung jawab, tekun, ulet dan beriman serta menjadi pribadi yang berkualitas dan berkarakter. Karya Budi bukan hanya sekedar rumah singgah, melainkan sebuah keluarga yang saling mendukung dan menguatkan satu sama lain, sebuah tempat di mana kami bebas mengekspresikan diri, menggali potensi, dan mengembangkan bakat yang kami miliki sehingga kami dapat meraih prestasi di berbagai bidang, memperoleh ilmu dan wawasan yang dapat kami terapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta sebagai bekal untuk kami dalam meraih cita-cita. Untuk adik-adik kelas, tetap semangat, disiplin, dan bertanggung jawab, serta tetap menjaga nama baik SMA Karya Budi. Rajinlah belajar dan jangan pernah takut mencoba karena untuk meraih hal yang ingin kita capai, termasuk prestasi atau impian kita, kita harus kerja keras dan usaha yang sungguh-sungguhdengan selalu berdoa. Terima kasih kepada Ibu Dra. Lamberta Baysing dan Ibu Lucia Lince atas cinta dan pelayanannya untuk kami. Terima kasih kepada Bruder Ferdi, MTB (Kepala SMA Karya Budi) dan Bapak Ibu guru yang tercinta atas motifasi, inspirasi yang terus menerus dialirkan kepada kami. Semangat selalu dalam mengajar dan membimbing para siswa-siswi. Teruslah berbagi pengalaman hidup sebagai motivasi dan ilmu kepada para siswa/i. Akhir kata kami kelas 12 angkatan 39 menyampaikan permohonan maaf atas segala tutur kata dan perilaku yang mungkin kurang berkenan di hati bapak ibu guru dan teman-teman sekalian. Kami mengucapkan terima kasih atas kebersamaan dan pengalaman berharga yang kami dapatkan selama 3 tahun ini. Semoga Karya Budi semakin maju dan semakin jaya! C. Tita Edelweis